Jalanan di kota kecil itu mengingatkanku. Akan beberapa kejadian masa lalu. Ini tentang bahagia pertama aku mengenal cinta. Diiringi deru ramai suasana malam menikmati detik-detik bersamamu. Bulan hadir suguhkan betapa hangatnya malam itu.
Sabtu malam tepat di sudut alun-alun kota yang slalu teramat manis untuk dikenang. Kau mengenakan jaket kotak-kotak berwarna cream bergaris coklat. Sedangkan aku memakai baju hangat berwarna merah. Kita duduk disebuah tempat duduk taman. Di temani dua gelas kopi hitam kesukaan kita semenjak kita saling mengenal. Kau kenalkan si hitam manis agar aku slalu mengingatmu meski kau jauh saat itu.
Berbincang-bincang tentang pengalaman, aktivitas keseharian, hobi, cita-cita. Bisa dibilang apapun yang diperbincangkan adalah mengasikan. Ya jelas,,asal denganmu. Bahkan, malam itu kita sampai pada perbincangan sebuah mimpi. Di mana mimpimu dan mimpiku akan menjadi satu. Dan sepakat kita akan mewujudkannya suatu saat nanti. Saling berjanji bahwa kita akan tetap bersama sampai maut memisahkan.
Alun-alun kota tempat kita duduk saat itu menjadi saksi bisu dua insan yang sedang mabuk si merah jambu. Manis, bahkan lebih manis dari madu. Bahagianya melebihi aku saat mendapat rangking satu. Indahnya itu lebih dari melihat ayah dan ibu tersenyum karenaku. Sempat aku berfikir, kamu adalah bahagiaku satu-satunya di dunia ini. Entah apa sebenarnya rasa itu, itu kali pertama aku menikmati bahagia mengenal sosok pria selain ayah. Pria baik, santun dan manis. Itulah aku mengenalmu.
Dan akan tetap seperti itu, sekalipun kau telah jatuhkan sejuta duri dalam pinggan sebagai hadiah terakhir untukku. Bagiku, akan tetap ku kenang kau dengan pria baik, santun dan manis.
#Fiksi #30DWC #30hbc #30hbc11mpit #day11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar